daun

Selasa, 23 Juni 2015

pengertian FALLASI



FALLASI (SESAT PIKIR)
Fallasi di sebut juga dengan istilah kekeliruan berpikir, atau sesat pikir. Jeni-jenis fallasi ada tiga, yakni: fallasi formal, fallasi informal, dan fallasi karena penggunan bahasa. Di antara macam-macam fallasi informal yaitu “fallasi karena berganti dasar”. Fallasi ini terjadi karena menyimpulkan sesuatu yang tidak bersumber dari premisnya, atau melompat dari dasar semula.
Contoh: Suara Ani indah, kelak dia akan jadi pesilat.
1.    Fian orangnya tampan, pintar bermain basket, dan juga jago maen sepak bola, kelak dia akan jadi bupati.
2.    Yeni suka main gitar  sambil bernyanyi,  tidak heran kalo dia di angkat jadi pegawai bank
3.    Yana pandai memasak dan masakannya selalu terasa lezat, dan Kelak dia pasti jadi artis terkenal.
4.    Ifan suka mendengarkan musik,  pantesan dia pintar dalam ilmu hitung
5.    Ficky mempunyai badan yang gemuk, sehingga dia bisa menjadi bintang kelas
6.    Dika hobi memancing, dan baca novel, sehingga tidak heran dia bisa menjadi polisi
7.    Fani berkulit  putih,  tidak heran kalo dia menjadi bidan
8.    Rifky adalah orang yang  sangat dermawan, suka menolong, sehingga dia bisa untuk menjadi pembalap.
9.    Vita adalah orang yang sangat malas, karenanya dia akan jadi penulis yang hebat.
10. Ririn pintar melukis, Oleh karena  itu kelak dia pasti menjadi dosen luar biasa.

Senin, 22 Juni 2015

 Agama menurut E. Evans-Pritchard



Pengertian agama mungkin tak semua dari kita bisa menjelaskannya tanpa mencontek buku. Padahal sejatinya kata agama ini sering kali di pakai, dan bukanlah istilah asing. Kalo menurut KBBI definisi agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan). Dan kepribadatan kepada tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia, serta lingkungannya.
Di ketahui bahwa sebenarnya kata agama berasal dari bahasa sanskerta agama yang berarti “tradisi” istilah lain yang memiliki makna identik dengan agama adalah religi yang berasal dari bahasa latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”. Mengikat di sini maksudnya  adalah dengan ber-religi maka seseorang akan mengikat dirinya kepada tuhan
v  Agama menurut E. Evans-Pritchard:
         Agama adl salah satu faktor pendukung perubahan sosial dlm masyarakat
         Kehidupan sosial manusia –termasuk kehidupan beragama- tdk bisa dipahami sebatas apa yg terpikir & diciptakan seorang individu sj, kendati dlm bentuk kelompok & dgn jumlah yg banyak
         Sebagaimana Durkheim, Pritchard percaya bhw pola pikir seseorang dibentuk oleh masyarakat.
         Pikiran magis adl kepercayaan bhw beberapa aspek kehidupan bisa dikontrol oleh daya mistik/ kekuatan supranatural
v  Beberapa kata kunci
         Sosiologi Perancis
         Antropologi Empiris Inggris
         Tenung, Wangsit & Kekuatan Magis
         Roh yang “ada di atas” & “ada di bawah”
         Hantu
         Simbolisme
         Teori agama primitif

v  E. E. Evans-Pritchard

Antropolog Edward Evan Evans-Pritchard (1902-1973) melakukan studi etnografi yang luas antara Azande dan orang Nuer yang dianggap "primitif" oleh masyarakat dan sarjana sebelumnya. Evans Pritchard-melihat orang-orang ini sebagai bagian yang berbeda, tapi tidak primitif.
Berbeda dengan sarjana sebelumnya, Evans Pritchard-tidak mengusulkan teori universal yang besar dan dia melakukan pekerjaan lapangan jangka panjang yang luas di antara masyarakat "primitif", mempelajari budaya dan agama, antara lain antara Azande. Tidak hanya lewat kontak, seperti Eliade.
Dia berargumen bahwa agama Azande (sihir dan nubuat) tidak dapat dipahami tanpa konteks sosial dan fungsi sosialnya. Sihir dan nubuat memainkan peran besar dalam memecahkan perselisihan antara Azande. Dalam hal ini dia setuju dengan Durkheim, meskipun ia mengakui bahwa Frazer dan Tylor benar, bahwa agama mereka juga memiliki aspek intelektual jelas. Iman Azande dalam ilmu sihir dan nubuat cukup logis dan konsisten setelah beberapa prinsip-prinsip dasar yang diterima. Hilangnya iman dalam prinsip-prinsip dasar tidak dapat bertahan karena pentingnya sosial dan karenanya mereka memiliki sistem penjelasan rumit (atau alasan) terhadap penyanggahan bukti. Selain istilah sistem alternatif atau sekolah pemikiran tidak ada.
Ia sangat kritis tentang teori sebelumnya tentang agama primitif dengan terutama milik Lucien Levy-Bruhl, menegaskan bahwa mereka membuat pernyataan tentang orang-orang primitif tanpa punya cukup pengetahuan dalam membuat lebih dari menebak. Meskipun memuji karya Bruhl, Evans-Pritchard tidak setuju dengan pernyataan Bruhl bahwa anggota dari suku "primitif" mengatakan "Saya adalah bulan" adalah pra-logis, tapi bahwa pernyataan ini masuk akal dalam budaya mereka jika dipahami secara metaforis.
Terlepas dari Azande, Evans Pritchard-, juga belajar tetangga, tapi sangat berbeda dengan manusia Nuer. Nuer telah memiliki iman yang monoteistik abstrak, agak mirip dengan Kristen dan Yahudi, meskipun itu termasuk mencakup roh-roh yang lebih rendah. Mereka juga memiliki totemisme, tapi ini adalah aspek kecil dari agama mereka dan karenanya koreksi untuk generalisasi Durkheim harus dibuat. Evans Pritchard-tidak mengusulkan teori agama, tetapi hanya teori agama Nuer.

v  Teori evolusi

Teori evolusi melihat agama sebagai salah satu adaptasi atau produk sampingan. Teori adaptasi melihat agama sebagai nilai adaptif bagi kelangsungan hidup manusia Pleistosen. Teori sampingan melihat agama sebagai spandrels.
v  Agama Dan Pembiasan (Refraksi) Dalam Tatanan Sosial
Roh-roh totem dan colwic menggambarkan apa yang di sebut evans-pritchard sebagai pembiasan (refraksi) soaial dari agama, seperi sebuah sinar yang di pendarkan oleh sebuah prisma dan menjadi sebuah warna. Masyarakat nuer berpikir tentang roh atau tuhan seperti analogi tersebut, di biaskan menjadi beberapa tingkat kekuatan ilahiyah yang diwujudkan dengan beraneka cara kepada suku dan kelompok-kelompok sosial. Disini walaupun masyarakat nuer merasa bahwa mereka tetap menyembah tuhan, tapi mereka menjadikan tuhan tersebut sebagai figur atau simbol-simbol yang diasosiasikan dengan satu pertalian darah, roh-roh yang ada di udara kadang-kadang juga di asumsikan dengan posisi ini,ketika masyarakat memiliki seorang nabi yang menjadi pemberi berita gembira kepada salah satu klan atau ketika nabi tersebut turun kepada salah satu pertalian darah. Begitu juga dengan benda-benda keramat dan roh-roh alam,  yang sering kali dimiliki dan diwariskan secara turun temurun dalam suatu keluarga.
Menurut evans-pritchard, apabila kita selami lebih dalam konsep-konsep masyarakat nuer ini, kita akan masuki suatu khazanah ekspresi yang sangat mirip dengan agama di barat. Tuhan atau roh penguasa langit di sembah melalui dewa-dewa dan kurban kurban sederhana, hymne, prosesi dan ramalan-ramalan menjadi sangat umum, seperti yang kita lihat roh-roh yang ada di udara dan roh-roh yang ada bumi.
Hierarki roh-roh ini  juga memperlihatkan dunia lain, yaitu dimensi politis dalam masyarakat, dengan menganggap tuhan sebagai penguasa dan roh-roh yang ada di udara sebagai aristokrat. Dibawahnya adalah roh-roh totem yang menempati posisi “kelas menengah”, yang esensinya adalah roh tapi berada dalam binatang atau tumbuhan. Tingkatan terakhir adalah benda-benda keramat yng posisinya tidak diinginkan dan di anggap asing, walaupun beda-benda ini memiliki kekuatan mistik.
Senada dengan hal tersebut, masyarakat nuer menggambarkan pertentangan abadi antara cahaya dan kegelapan. Tuhan adalah pemimpin roh-roh, roh yang ada di udara adalah putra-Nya dan roh-roh totem adalah putra-putra dari anak perempua-Nya oleh karena itu, wajarlah bila kita kembali teringat Durkheim ketika kita mengikuti pola hubungan antara tingkatan-tingkatan tuhan ini dengan strata masyarakat.dalam beberapa hal, roh-roh dalam masyarakat nuer melambangkan kelompok-kelompok sosial.  Bagi evans-pritchard ini merupakan gambaran yang benar-benar lengkap. Dia menyatakn bahwa suatu penafsiran dalam bentuk struktur sosial akan memperlihatkan kepada kita bagaimana ide-ide tentang roh-roh ini berkaitan langsung dengan kelompok-kelompok yang ada dalam kehidupan sosial. Tapi hal ini tidak akan membuat kita lebih memahami inti-inti terdalam dari ide-ide itu sendiri. Dalam suatu ungkapan yang menyebabkan posisinya sangat berseberangan dengan kaum reduksionis, evans-pritchard mengatakan bahwa “model-model sosiologis tersebut sangat terbatas, karena tidak membantu kita dalam memahami lebih banyak fakta religius yang lebih khas.” Evans-pritchar menambahkan:
Ketika saya menulis tentang struktur sosial masyarakat Nuer, penelaahan terhadap agama adalah hal yang terpenting untuk dilakukan. Akan tetapi dalam satu studi agama, jika emang ingin memahami esensi terdalam dari agama tersebut, maka kita harus mencoba memahaminya dari dalam, melihht agama tersebut sebagaimana masyarakat Nuer melihatnya.

Selasa, 16 Juni 2015

METODE PENGUMPULAN DATA



BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar  Belakang
Kegiatan penelitian yang terpenting adalah pengumpulan data. Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting dalam penelitian, tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama jika peneliti menggunakan metode yang rawan terhadap masuknya unsur  subjektif peneliti. Itulah sebabnya menyusun instrument pengumpulan data harus  ditangani secara serius agar diperolah hasil yang sesuai dengan kegunaannya, yaitu pengumpulan variable yang tepat.
Pengumpulan data dalam  penelitian perlu dipantau agar data yang diperoleh dapat terjaga tingkat validitas dan reliabilitasnya. Walaupun telah menggunakan instrument yang valid dan reliabel, tetapi jika dalam proses penelitian tidak diperhatikan bisa jadi data yang terkumpul hanya tidak valid. Peneliti yang memiliki jawaban responden sesuai keiginannya akan semakin tidak reliabel. Petugas pengumpulan data yang mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadinya, akan semakin condong (bias) data yang terkumpul. Oleh karena itu, pengumpul data walaupun tampaknya hanya sekedar pengumpul data tetapi harus tetap memenuhi persyaratan tertentu yaitu yang mempunyai keahlian yang cukup untuk melakukannya.
Mengumpulkan data memang pekerjaan yang melelahkan dan sulit. Dalam penelitian sosial, bisa jadi petugas pengumpul data berjalan dari sekolah ke sekolah atau dari rumah ke rumah mengadakan  interview  atau memberi angket. Suatu saat terkadang sangat mudah menemukan responden tetapi pada saat yang lain sangat sulit sehingga menimbulkan keputusasaan. Karena itu, terkadang pekerjaan pengumpul data seperti sering diberikan kepada pembantu-pembantu peneliti junior, sedangkan para senior cukup membuat desain, menyusun instrument, mengolah data, dan mengambil kesimpulan.[1] 

B.     RUMUSAN MASALAH
1.    Apakah yang dimaksud dengan metode pengumpulan data?
2.    Apa saja macam-macam pengumpulan data?

C.    TUJUAN PENULISAN
1.    Untuk mengetahui pengertian metode pengumpulan data
2.    Untuk mengetahui macam-macam pengumpulan data


















BAB  II
PEMBAHASAN
A.      PENGERTIAN METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. “Cara” menunjuk pada sesuatu yang abstrak, tidak dapat diwujudkan dalam benda yang kasat mata, tetapi hanya dapat dipertontonkan penggunaannya. Terdaftar sebagai metode-metode penelitian adalah: angket (questionire), wawancara (interview), pengamatan (observation), ujian atau tes (test), dokumentasi (documentation) dan lain sebagainya.[2]
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu, kualitas instrument penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrument penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrument yang kualitas pengumpulan data  berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, instrument yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrument tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.

B.     Macam Macam Dan Ragam Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat di lakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila di lihat dari settingnya data dapat di kumpulkan pada setting alamiah, bila di lihat dari sumber datanya,   maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Dan  Bila di lihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data,maka teknik pengumpulan data dapat di lakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya.
Berikut merupakan beberapa macam macam dan ragam pengumpulan data:
1.      WAWANCARA (Interview)
Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan arah yag telah di tentukan.[3] Wawancara dalam suatu panelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat merupakan pembantu utama dari metode observasi.[4] Wawancara di gunakan sebagai teknik pengumpulan data,  apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga peneliti ingin mengetahui hal hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Sutrisno hadi mengemukakan bahwa hal hal yang perlu dipegang oleh peneliyi dalam menggunakan metode ini adalah sebagai berikut:
§  Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tau tentang dirinya sendiri
§  Bahwa apa yang di nyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat di percaya
§  Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang di maksudkan oleh peneliti
§  Tekhnik wawancara dapat dilakukan dengan mengadakan wawancara dengan berbagai orang secara individu, ataupun sekelompok orang yang akan dijadikan narasumber. Perlu diingat dalam menggunakan tekhnik pengumpulan data berupa wawancara, peneliti harus yakin bahwa orang yang dijadikan objek interviu adalah orang yang kompeten. Artinya orang/ sekelompok orang tersebut memang benar-benar terlibat langsung pada suatu even atau orang tersebut mempunyai pemahaman yang baik terhadap topik yang akan ditanyakan dalam suatu wawancara. Kegagalan peneliti untuk mengidentifikasi objek yang kompeten ini akan menyebabkan penyimpangan dari data yang diperolehnya.[5]

Wawancara harus di laksanakan dan efektif artinya dalam kurun waktu yang sesingkat singkatnya dapat di peroleh dari sebanyak banyaknya. Bahasa harus jelas, terarah. Suasana harus tetap rileks agar bisa memperoleh data yang objektif dan dapat di percaya. Wawancara dapat di lakukan dengan secara tersrtuktur maupun tidak terstruktur, tatap muka ataupun dengan cara menggunakan telpon.  Dan pewawancara perlu memahami situasi dan kondissi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana harus melakukan wawancara.
Macam macam wawancara diantaranya adalah;
a.      Wawancara Tersrtuktur
Wawancara terstruktur  ini adalah wawancara yang di susun secara teperinci. Wawancara ini di gunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan di peroleh.
b.      Wawancara Tidak Tersrtuktur
Wawancara ini adalah wawancara yang hanya memuat garis besarnya saja. Wawancara ini bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.[6]
Koentjaraningrat membagi wawancara kedalam dua hal golongan besar, yaitu: wawancara berencana dan wawancara tak berencana.[7]
2.      ANGKET (kuesioner)
Angket merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawabnya. Angket (kuesioner) ini merupakan teknik pengumpulan data yang efisien  bila peneliti tau dengan pasti variabel yang akan di ukur dan tau apa yang bisa diharapkan dari responden.
Tujuan utama kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan kebutuhan dan tujuan penelitian dimana informasi tersebut memiliki nilai reability dan validity yang setinggi mungkin.[8]
Uma sekaran (1992) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data yaitu: prinsip penulisn, pengukuran, dan penampilan fisik.
Kuesioner dapat dibedakan menjadi :
a.       Angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang ( v ) pada kolom atau tempat yang sesuai.
b.      Angket terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya.[9]

v  PRINSIP PENULISAN ANGKET
a.       Isi dan tujuan pertanyaan
b.      Bahasa yang digunakan harus di sesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden
c.       Tipe dan bentuk pertanyaan dalam angket dapat terbuka atau tertutup
d.      Pertanyaan tidak mendua misalnya, bagaimana pendapat anda tentang kualitas dan harga barang tersebut.
e.       Tidak menanyakan yang sudah lupa misalnya bagaimana kinerja para penguasa indonesia 30 tahun yang lalu
f.       Pertanyaan tidak menggiring ke yang jelek2 saja atau yang bagus2 saja
3.      OBSERVASI (observation)
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam (kejadian-kejadian yang ada di alam sekitar), proses kerja, dan penggunaan responden kecil.[10]
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila di bandingkan dengan teknik yang lain. Yaitu wawancara dan kuesioner. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, yang tersusun dari bebagai proses biologis psikologis.[11]
Para peneliti berbeda dalam mengklasifikasikan observasi, ada yang membagi observasi menjadi: observasi langsung dan tidak langsung, ada yang membaginya menjadi: observasi terstruktur dan tidak terstruktur dan sebagian peneliti yang lain berpendapat bahwa observasi terbagi menjadi : observasi partisipasi dan observasi non partisipasi[12].
Dari segi proses pengumpulan data observasi di bedakan menjadi:
a.       Observasi berperanserta
Dalam observasi ini peneliti terlibat dalam kegiatan sehari hari orang yng sedang di amati.
b.      Observasi nonpartisipan
Dalam observasi ini peneliti tidak terlibat dalam kegiatan sehari hari dan hanya berperan sebagai pengamat independen.
c.       Observasi tersrtuktur
Yaitu observasi yang telah di rancang secara sistematis. Tentang apa yang akan di amati dan dimana tempatnya.
d.      Observasi tidak tetsrtuktur
Observasi yang tidak di siapkan secara sistematis tentang apa yang akan di observasi/amati.
4.      Dokumentasi (Documentation)
Cara yang selanjutnya adalah dokumentasi, Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data dengan cara melakukan analisis terhadap semua catatan dan dokumen yang dimiliki oleh organisasi yang terpilih sebagai objek penelitian, atau data dari individu sebagai objek penelitian. [13]
Dokumentasi  merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan dimasa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.
Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi. Sebagai contoh banyak foto yang tidak mencerminkan keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan tertentu. Demikian juga autobiografi yang ditulis untuk dirinya sendiri, sering subyektif.[14]

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Pengumpulan data merupakan cara cara yang di lakukan seoranng peneliti untuk mengumpulkan data data penelitian dengan tujuan untuk  memperoleh informasi yang valid tentang atau mengenai sesuatu yang di teliti atau di amati.
B.     SARAN
Kami sadar bahwa makalah yang kami susun tidak sempurna dan masih banyak kekurangan kekurangan. Dan semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca. Dan kepada para pembaca banyak banyaklah membaca.



















DAFTAR PUSTAKA
-Efferin,sujoko. Steyanus hadi darmadji, yuliawati Tan, metode penelitian(malang:bayumedia publishing, 2004), hlm 101
- Sugiono, metode penelitian pendidikan(bandung: CV. Alfabeta, 2009), hlm,329
-Riduwan, MBA, skala pengukuran variabel-variabel penelitian,(bandung: alfabeta, 2009), hlm 30
-Sugiyono,metode penelitian bisnis(bandung: alfabeta, 2007),hlm 401
- رحيم يونس كرو العزاوي، في مقدمة منهج البحث العلمي،ص.150
-Bungin, burhan.metode penelitian kualitatif (surabaya:rajawali perss,2001), hlm89
- خالد حسين مصلح، في مناهج البحث العلمى وأساليبه، ص.68
-Buna’i metodologi penelitian pendidikan(pamekasan: stain pamekasan perss,2006),hlm77

-Trianto, M.Pd. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010) ,hlm, 275
- Arikunto, Suharsimi. 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta



[1] Trianto, M.Pd. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010) ,hlm, 275
[2] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian,( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), hlm,100-101
[3] Buna’i, S.Ag M. Pd. 2006 metodologi penelitian pendidikan,pamekasan,stain pamekasaan press.
[4] Bungin,burhan. 2001, Metode penelitian kualitatif,surabaya:rajawaliperss.
[5] Sujoko Efferin, Stevanus Hadi Darmadji, Yuliawati Tan, Metode Penelitian,( Malang: Bayumedia Publishing, 2004), hlm, 97
[6] Prof. DR. Sugiyono, 2012  metode penelitian bisnis.bandung: alfabeta.
[7] Ibid.hal 2
[8] Burhan bungin.2001metode penelitian kualitatif,surabaya,rajagrafindo,
[9] خالد حسين مصلح، في مناهج البحث العلمى وأساليبه، ص.68
[10] Drs. Riduwan, M.B.A, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2009) ,hlm, 30
[11]  Prof. DR. Sugiyono, 2012  metode penelitian bisnis.bandung: alfabeta
[12] رحيم يونس كرو العزاوي، في مقدمة منهج البحث العلمي،ص.150
[13] Sujoko Efferin, Stevanus Hadi Darmadji, Yuliawati Tan, Metode Penelitian,( Malang: Bayumedia Publishing, 2004), hlm, 101
[14] Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV. Alfabeta, 2009), hlm, 329-330