BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam penulisan makalah ini kami tidak hanya sekedar hanya menulisnya
tampa ada tujuan, namun di balik itu kami mempunyai tujuan baik yang di
antaranya adalah untuk mengembangkan bakat penulisan karya ilmiyah yang terpendam
di dalam diri kami, itulah tujuan dasar dari penulisan makalah ini. Namun ada
hal yang tidak bisa kami pungkiri, dalam
penilisan makalah ini, yaitu untuk melengkapi tugas kuliah yang di bebankan
kepada kami.
Selain itu ada tujuan lain, yang
mendasari makalah ini yaitu untuk membahas beberapa poin yag akan menjadi fokus
kami dalam menguraikan setiap masalah yang di bicarakan. Di anatara pembahasannya adalah teori
hermeneutika menurut hassan hanafi dengan ini kita bisa mengetahui teori
hermeneutika menurut hassan hanafi tersebut. Di harapkan hal ini bisa membantu kami dalam
menguraikannya sehingga tidak keluar dari judul yang sudah di tentukan..
Sekiranya itu saja yang akan
menjadi pembahasan kami, sekalipun sedikit semoga menjadi manfaat bagi penulis
dan pembaca, karena dalam penulisan makalah ini sangat banyak kesalahan maupun kekurangan. Maka dari itu
kritik dan saran yang membangun selalu kami tunggu. Sehingga kesalahan dalam
penulisa makalah ini tidak terulang lagi.
B.
RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas bisa
kita ambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
A.
Riwayat
hassan hanafi
B.
Teori
hermeneutika menurut hassan hanafi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Riwayat Hidup hassan hanafi
Hasan hanafi memiliki nama lengkap
hassan hanafi hassanayn, lahir di kairo
pada tanggal 13 februari 1935. Pendidikannya diawali di pendidikan dasar , tamat
tahun 1948, kemudian di Madrasah Tsanawiyah ‘Khalil Agha’, Kairo, selesai 1952,
kemudian meraih gelar sarjana muda filsafat dari unuversitas kairo pada tahun
1956. Gelar master dan Doktornya diperoleh dari universitas sorbonne. Thesis
master hanafi berjudul les methodes d’Exegese, essei sur la science des
fondamen de la comprehension ilm ushul
fiqh (metodologi penafsiran: sebuah
upaya rekontruksi ilmu usul fikqh). Sedang tema disertai doktornya adalah L’exegese de la phenomenologi: L’etat
actual de la methode phenomenologique et son aplication au phenomene religioux (tafsir
fenomenologis: status quo metode
fenomenologi dan aplikasinya dalam fenomena ke agamaan). Keduanya merupakan
upaya kuat hassan hanafi untuk menghadapkan ilmu usul fiqh (teori hukum islam)
pada mazhab fenomenologi edmund husserl
Pada tahun 1998 hassan hanafi diserahi jabatan ketua jurusan filsafat di
universitas kairo. Ia juga aktif mengajar di beberapa iniversitas ternama
seperti sorbonne university, universitas temple philadelphia, universitas Fez
maroko dan universitas PBB jepang. Beberapa karya intelektual hassan hanafi
antara lain adalah: muqoddimah fi ilm al-istighrab mauqifuna min turats
al-gagrbi.
Disamping dunia akademik, Hanafi juga aktif dalam organisasi ilmiah dan
kemasyarakatan. Aktif sebagai sekretaris umum Persatuan Masyarakat Filsafat
Mesir, anggota Ikatan Penulis Asia - Afrika, anggota Gerakan Solidaritas Asia -
Afrika dan menjadi wakil presiden Persatuan Masyarakat Filsafat Arab.
Pemikirannya tersebar di dunia Arab dan Eropa. Tahun 1981 memprakarsai dan
sekaligus sebagai pimpinan redaksi penerbitan jurnal ilmiah Al-Yasar al -
Islamî. Pemikirannya yang terkenal dalam jurnal ini sempat mendapat reaksi
keras dari penguasa Mesir saat itu, Anwar Sadat, sehingga menyeretnya dalam
penjara.
B.
Teori hermeneutika Menurut hassan Hanafi
Hassan hanafi
merupakan salah satu tokoh pemikir muslim yang cukup menarik untuk dikaji. Ia
dipandang sebagai pemikir yang ikut mengambil bagian dalam pergumulan
intelektual di mesir yang disulut oleh
jamal al-Din al-afgani dan mohammad abduh.
Hasan hanafi
mempunyai banyak sekali pemikiran dalam dunia islam. Ada hasil pemikirannya dalam
hal “politik” yang sangat terkenal yaitu Kiri Islam dan dalam bidang tafsir
karyanya adalah Hermeneutika Al-quran.
Noktah
pemikiran hassan hanafi tentang hermeneutika adalah sebagai berikut: bahwa
hermeneutika itu tidak sekedar ilmu interpretasi atau toeri pemahaman, tetapi
juga berarti ilmu yang menjelaskan penerimaan wahyu sejak dari tingkat
perkataan sampai ke tingkat dunia. Ilmu tentang proses wahyu dari huruf sampai
kenyataan, dari logos sampai praksis dan juga transformasi wahyu dari pikiran
tuhan kepada kehidupan manusia.
Hassan hanafi
juga mengemukakan bahwa proses pemahaman
merupakan tahap kedua dari tiga tahapan hermeneutika.tahapan pertama adalah
kritik sejarah untuk menjamin ontentisitas kitab suci menurut sejarah. Hal ini tidak terjadi tanpa
ada suatu keyakinan bahwa suatu teks otentik berdasarkan sejarah. Setelah
memastikan ontentisitas sejarah kitab suci dan tingkat keabsahannya seperti
mutlak otentik, mutlak tidak otentik, agak otentik atau agak tidak otentik
misalnya- maka proses memahami teks
sudah dimulai pada dasar yang kuat. Hermeneutika pada tahap ini
merupakan teorin interpretasi dalam pengertian yang tepat yang membahas bahasa
dan situasi sejarah yang berkaitan dengan asal usul kitab suci, setelah
mengetahui makna teks sacara tepat, tahapan berikutnya adalah proses
merealisasikan maknanya dalam kehidupan nyata. Inilah sebenarnya tujuan akhir
kalam tuhan.
Selanjutnya
hassan menegaskan bahwa
Dalam bahasa
fenomenologi, kita dapat menyatakan bahwa hermeneutika adalah ilmu yang
menentukan hubunganantara kesadaran dengan obyeknya, yaitu kitab suci. Pertama, kita memiliki kesadaran historis,
yang memastikan ontentisitas teks dan tingkat keabsahannya. Kedua,
kesadaran eiditik, yang menjelaskan makna teks sehinggamenjadi
rasional, ketiga, kesadaran praktis, yitu
menjadikan makna teks sebagai dasar teori dalam pengamalan dan mengarahkan
wahyu tuhan kepada tujuannya yang akhir dalam kehidupan nyata.
Selanjutnya,
hanafi menegaskan bahwa teori kenabian membahas proses permintaan wahyu secara
vertikal dari allah kepada nabi muhammad melalui malaikat jibril. Dalam proses
vertikal ini, malaikat jibril dan nabi muhammad bertindak sebagai passive
transmitter . mereka berdua sepenuhnya bertindak sebagai recorders,
sehingga wahyu allah bersifat vebratim dengan kata lain, malaikat jibril
dengan nabi muhammad tidak menafsirkan pikiran tuhan. Itulah fungsi al-amin malaikat jibril dan nabi muhammad.
Setelah wahyu verbatim dicatat, barulah proses hermeniutika dapat berfungsi.
Jadi hermeneutika bersifat horizontal, yaitu menafsirkan
al-quran setelah wahyu ilahi ini dicatat
secara verbatim. Di sini, nabi muhammad bertindak sebagai active
interpreter, yaitu menafsirkan al-qur’an sesuai dengan konteks. Dengan
demikian, hermeneutika sebenarnya hanyalah bagian kecil dari usul fiqh.
Sebagai passive transmitter, malaikat jibril dan nabi muhammad
menyampaikan apa adanya wahyu yang mereka terima dari allah. Misalnya, ada
beberapa surat al-qur’an yang diawali dengan huruf ( al-ahruf al-muqata’ah atau fawatih al-suar), seperti nun,
pada mufassir pada umumnya tidak mau menafsirkan huruf-huruf semacam
ini. Untuk iitu mereka mengatakan “allah lebih tau tentang maknanya”. Pada sisi
lain terdapat ayat yang “mengkritik” nabi muhammad seperti terdapat diawal
surat abasa (Qs. 80). Keberadaan ayat-ayat semacam ini merupakan bukti internal
bahwa al-qur’an itu otentik: terbebas dari campur tangan nabi muhammad. Nabi
muhammad sama sekali tidak berani merubah ayat-ayat yang diwahyukan kepadanya.
Sikap nabi
muhammad sebagai active interpreter setelah wahyu dicatat secara verbatim dapat
dilihat pada contoh berikut ini: ketika seorang ibu (mukhatabah)
menghadap rasulullah (khatib) untuk ikut berjihad (maqasid
syari’ah, keselamatan, kedamaian dan
keamanan), rasulullah tidak memperkenankan ibu ini untuk ikut berjihad dan
mengatakan jihad untuk ibu ini adalah mengurus rumah tangganya. Pada sisi lain
rasulullah justru menitipkkan pesan rahasia kepada asma binti abu bakr agar
mengirim makanan kepada rasulullah dan abu bakr yang akan bersembunyi di gua
Tsur dalam perjalana hijrah ke madinah. Dibawah jam malam dan di padang pasir
terbuka semacam itu, rasulullah justru menggunakan jasa seorang perawan sebagai
kurir.
Terhadap
fenomena ini, yudian wahyudi berkomentar:
Sepintas
terjadi kontradiksi. Interpretasi pertama mengesankan rasulullah “anti
wedokisme, tetapi interpretasi kedua, mengesankan justru kebalikannya. Dalam
menugaskan asma, rasulullah terlihat “feminis tulen”. Persoalannya bukanlah
“perempuanisme” atau “jihadisme”. Tetapi keselamatan’isme, kedamian-isme dan
keamanan-isme. Di sini jihad hanyalah salah satu cara untuk mencapai
tujuan-tujua (maqashid) ini. Seorang ibu, yang tidak terlatih dan punya bayi,
justru akan merepotkan, bahkan sangat mungkin mengagalkan pencapaian maqashid syariah.
Sebaliknya seorang pemudi yang terlatih dan berhati baja akan sangat membantu
pencapaian maqashid ini. Disini rasulullh sedang menerapkan prinsip
“berbicaralah sesuai dengan pemahaman audien”.terbukti peran asma sangat
menentukan keberhasilan perjalanan hijrah rasulullah dan abu bakr.
Salah satu contoh
penafsiran Hanafi ialah konsep Harta dalam al-Qur’an, dengan metode tematiknya
ia menafsirkan Mal (harta) di dalam
al-Qur’an tidak bermakna uang dalam arti harfiahnya, tetapi dalam arti kekayaan
atau kepemilikan secara umum. Dari aspek linguistiknya, kata mal disebutkan di dalam al-Qur’an
sebanyak 86 kali (termasuk kata-kata yang sepadan).
Hassan hanafi juga
mengemukakan tentang gagasan kiri islam (al-yasar a-islami) sebagai gerakan
agama yang meletakkan orang yang tertindas sebagai objek utama yang harus
dibela dan diperjuangkan. Kiri islam lahir
dari kesadaran penuh atas posisi tertindas kaum muslim, untuk kemudian
merekontruksi seluruh bangunan pemikiran
islam secatra menyeluruh. Sehingga islam dapat berfungsi sebagai kekuatan
pembebasan. Hanafi menamai proyek ini dengan al-taurats wa al-tajdid (tradisi
dan modernisasi).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Hassan hanafi merupakan salah satu
tokoh pemikir muslim yang cukup menarik untuk dikaji. Hasan hanafi
adalah seorang tokoh konrtemporer, tetapi dalam pemikirannya ia berbeda dengan
kebanyakan ulama lainnya. Ia tidak mempermasalahkan keotentikan dan keabsahan
teks al-Quran. Menurut Hanafi dari sekian banyak kitab suci yang di turunkan
oleh Alloh swt hanya al-Quarna lah yang bisa di jamin keasliannya saat ini. Hasan hanafi mengemukakan bahwa hermeneutika a hermeneutika itu
tidak sekedar ilmu interpretasi atau toeri pemahaman, tetapi juga berarti ilmu
yang menjelaskan penerimaan wahyu sejak dari tingkat perkataan sampai ke
tingkat dunia.
B.
SARAN
Kami menyadari bahwa apa yang kami susun dalam makalah ini tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan dari segi penulisan maupun subtansi yang ada, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga
makalah ini dapat bermafaat bagi para pembaca.dan terima kasih atas nikmat dan
rahmat-Nya yang di limpahkan kepada kami, hanya panjatan do’a, kami tengadahkan
tangan sujud di hadapannya
DAFTAR PUSTAKA
Edi
susanto,studi hermeneutika kajia pengantar.pamekasan: pena
salsabila.2015
Mohammad
hefni. Islam kontemporer.pamekasan: pena salsabila. 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar