Pengertian agama mungkin tak semua dari kita bisa menjelaskannya tanpa
mencontek buku. Padahal sejatinya kata agama ini sering kali di pakai, dan
bukanlah istilah asing. Kalo menurut KBBI definisi agama adalah sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan). Dan kepribadatan kepada tuhan yang maha
kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan
manusia, serta lingkungannya.
Di ketahui
bahwa sebenarnya kata agama berasal dari bahasa sanskerta agama yang
berarti “tradisi” istilah lain yang memiliki makna identik dengan agama adalah
religi yang berasal dari bahasa latin religio dan berakar pada kata
kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”. Mengikat di sini
maksudnya adalah dengan ber-religi maka
seseorang akan mengikat dirinya kepada tuhan
v Agama menurut E. Evans-Pritchard:
•
Agama adl
salah satu faktor pendukung perubahan sosial dlm masyarakat
•
Kehidupan
sosial manusia –termasuk kehidupan beragama- tdk bisa dipahami sebatas apa yg
terpikir & diciptakan seorang individu sj, kendati dlm bentuk kelompok
& dgn jumlah yg banyak
•
Sebagaimana
Durkheim, Pritchard percaya bhw pola pikir seseorang dibentuk oleh masyarakat.
•
Pikiran magis
adl kepercayaan bhw beberapa aspek kehidupan bisa dikontrol oleh daya mistik/
kekuatan supranatural
v Beberapa kata kunci
•
Sosiologi
Perancis
•
Antropologi
Empiris Inggris
•
Tenung,
Wangsit & Kekuatan Magis
•
Roh yang “ada
di atas” & “ada di bawah”
•
Hantu
•
Simbolisme
•
Teori agama
primitif
v E. E. Evans-Pritchard
Antropolog Edward Evan Evans-Pritchard (1902-1973)
melakukan studi etnografi yang luas antara Azande dan orang Nuer yang dianggap "primitif" oleh masyarakat dan
sarjana sebelumnya. Evans Pritchard-melihat orang-orang ini sebagai bagian yang
berbeda, tapi tidak primitif.
Berbeda dengan sarjana sebelumnya, Evans Pritchard-tidak
mengusulkan teori universal yang besar dan dia melakukan pekerjaan lapangan
jangka panjang yang luas di antara masyarakat "primitif", mempelajari
budaya dan agama, antara lain antara Azande. Tidak hanya lewat kontak, seperti
Eliade.
Dia berargumen bahwa agama Azande (sihir dan nubuat)
tidak dapat dipahami tanpa konteks sosial dan fungsi sosialnya. Sihir dan
nubuat memainkan peran besar dalam memecahkan perselisihan antara Azande. Dalam
hal ini dia setuju dengan Durkheim, meskipun ia mengakui bahwa Frazer dan Tylor
benar, bahwa agama mereka juga memiliki aspek intelektual jelas. Iman Azande
dalam ilmu sihir dan nubuat cukup logis dan konsisten setelah beberapa prinsip-prinsip
dasar yang diterima. Hilangnya iman dalam prinsip-prinsip dasar tidak dapat
bertahan karena pentingnya sosial dan karenanya mereka memiliki sistem
penjelasan rumit (atau alasan) terhadap penyanggahan bukti. Selain istilah
sistem alternatif atau sekolah pemikiran tidak ada.
Ia sangat kritis tentang teori sebelumnya tentang agama
primitif dengan terutama milik Lucien Levy-Bruhl, menegaskan bahwa mereka membuat pernyataan tentang
orang-orang primitif tanpa punya cukup pengetahuan dalam membuat lebih dari
menebak. Meskipun memuji karya Bruhl, Evans-Pritchard tidak setuju dengan
pernyataan Bruhl bahwa anggota dari suku "primitif" mengatakan
"Saya adalah bulan" adalah pra-logis, tapi bahwa pernyataan ini masuk
akal dalam budaya mereka jika dipahami secara metaforis.
Terlepas dari Azande, Evans Pritchard-, juga belajar
tetangga, tapi sangat berbeda dengan manusia Nuer. Nuer telah memiliki iman
yang monoteistik abstrak, agak mirip dengan Kristen dan Yahudi, meskipun itu termasuk mencakup roh-roh yang lebih
rendah. Mereka juga memiliki totemisme, tapi ini adalah aspek kecil dari agama
mereka dan karenanya koreksi untuk generalisasi Durkheim harus dibuat. Evans
Pritchard-tidak mengusulkan teori agama, tetapi hanya teori agama Nuer.
v Teori evolusi
Teori evolusi melihat agama sebagai salah satu adaptasi
atau produk sampingan. Teori adaptasi melihat agama sebagai nilai adaptif bagi
kelangsungan hidup manusia Pleistosen. Teori sampingan melihat agama sebagai
spandrels.
v Agama Dan Pembiasan
(Refraksi) Dalam Tatanan Sosial
Roh-roh totem dan colwic menggambarkan apa yang di sebut
evans-pritchard sebagai pembiasan (refraksi) soaial dari agama, seperi sebuah
sinar yang di pendarkan oleh sebuah prisma dan menjadi sebuah warna. Masyarakat
nuer berpikir tentang roh atau tuhan seperti analogi tersebut, di biaskan
menjadi beberapa tingkat kekuatan ilahiyah yang diwujudkan dengan beraneka cara
kepada suku dan kelompok-kelompok sosial. Disini walaupun masyarakat nuer
merasa bahwa mereka tetap menyembah tuhan, tapi mereka menjadikan tuhan
tersebut sebagai figur atau simbol-simbol yang diasosiasikan dengan satu
pertalian darah, roh-roh yang ada di udara kadang-kadang juga di asumsikan
dengan posisi ini,ketika masyarakat memiliki seorang nabi yang menjadi pemberi
berita gembira kepada salah satu klan atau ketika nabi tersebut turun kepada
salah satu pertalian darah. Begitu juga dengan benda-benda keramat dan roh-roh
alam, yang sering kali dimiliki dan
diwariskan secara turun temurun dalam suatu keluarga.
Menurut evans-pritchard, apabila kita selami lebih dalam
konsep-konsep masyarakat nuer ini, kita akan masuki suatu khazanah ekspresi
yang sangat mirip dengan agama di barat. Tuhan atau roh penguasa langit di
sembah melalui dewa-dewa dan kurban kurban sederhana, hymne, prosesi dan
ramalan-ramalan menjadi sangat umum, seperti yang kita lihat roh-roh yang ada
di udara dan roh-roh yang ada bumi.
Hierarki roh-roh ini
juga memperlihatkan dunia lain, yaitu dimensi politis dalam masyarakat,
dengan menganggap tuhan sebagai penguasa dan roh-roh yang ada di udara sebagai
aristokrat. Dibawahnya adalah roh-roh totem yang menempati posisi “kelas
menengah”, yang esensinya adalah roh tapi berada dalam binatang atau tumbuhan.
Tingkatan terakhir adalah benda-benda keramat yng posisinya tidak diinginkan
dan di anggap asing, walaupun beda-benda ini memiliki kekuatan mistik.
Senada dengan hal tersebut, masyarakat nuer menggambarkan
pertentangan abadi antara cahaya dan kegelapan. Tuhan adalah pemimpin roh-roh,
roh yang ada di udara adalah putra-Nya dan roh-roh totem adalah putra-putra
dari anak perempua-Nya oleh karena itu, wajarlah bila kita kembali teringat
Durkheim ketika kita mengikuti pola hubungan antara tingkatan-tingkatan tuhan
ini dengan strata masyarakat.dalam beberapa hal, roh-roh dalam masyarakat nuer
melambangkan kelompok-kelompok sosial.
Bagi evans-pritchard ini merupakan gambaran yang benar-benar lengkap.
Dia menyatakn bahwa suatu penafsiran dalam bentuk struktur sosial akan
memperlihatkan kepada kita bagaimana ide-ide tentang roh-roh ini berkaitan
langsung dengan kelompok-kelompok yang ada dalam kehidupan sosial. Tapi hal ini
tidak akan membuat kita lebih memahami inti-inti terdalam dari ide-ide itu
sendiri. Dalam suatu ungkapan yang menyebabkan posisinya sangat berseberangan
dengan kaum reduksionis, evans-pritchard mengatakan bahwa “model-model
sosiologis tersebut sangat terbatas, karena tidak membantu kita dalam memahami
lebih banyak fakta religius yang lebih khas.” Evans-pritchar menambahkan:
Ketika saya menulis tentang struktur sosial masyarakat
Nuer, penelaahan terhadap agama adalah hal yang terpenting untuk dilakukan.
Akan tetapi dalam satu studi agama, jika emang ingin memahami esensi terdalam
dari agama tersebut, maka kita harus mencoba memahaminya dari dalam, melihht
agama tersebut sebagaimana masyarakat Nuer melihatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar