daun

Senin, 22 Juni 2015

 Agama menurut E. Evans-Pritchard



Pengertian agama mungkin tak semua dari kita bisa menjelaskannya tanpa mencontek buku. Padahal sejatinya kata agama ini sering kali di pakai, dan bukanlah istilah asing. Kalo menurut KBBI definisi agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan). Dan kepribadatan kepada tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia, serta lingkungannya.
Di ketahui bahwa sebenarnya kata agama berasal dari bahasa sanskerta agama yang berarti “tradisi” istilah lain yang memiliki makna identik dengan agama adalah religi yang berasal dari bahasa latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”. Mengikat di sini maksudnya  adalah dengan ber-religi maka seseorang akan mengikat dirinya kepada tuhan
v  Agama menurut E. Evans-Pritchard:
         Agama adl salah satu faktor pendukung perubahan sosial dlm masyarakat
         Kehidupan sosial manusia –termasuk kehidupan beragama- tdk bisa dipahami sebatas apa yg terpikir & diciptakan seorang individu sj, kendati dlm bentuk kelompok & dgn jumlah yg banyak
         Sebagaimana Durkheim, Pritchard percaya bhw pola pikir seseorang dibentuk oleh masyarakat.
         Pikiran magis adl kepercayaan bhw beberapa aspek kehidupan bisa dikontrol oleh daya mistik/ kekuatan supranatural
v  Beberapa kata kunci
         Sosiologi Perancis
         Antropologi Empiris Inggris
         Tenung, Wangsit & Kekuatan Magis
         Roh yang “ada di atas” & “ada di bawah”
         Hantu
         Simbolisme
         Teori agama primitif

v  E. E. Evans-Pritchard

Antropolog Edward Evan Evans-Pritchard (1902-1973) melakukan studi etnografi yang luas antara Azande dan orang Nuer yang dianggap "primitif" oleh masyarakat dan sarjana sebelumnya. Evans Pritchard-melihat orang-orang ini sebagai bagian yang berbeda, tapi tidak primitif.
Berbeda dengan sarjana sebelumnya, Evans Pritchard-tidak mengusulkan teori universal yang besar dan dia melakukan pekerjaan lapangan jangka panjang yang luas di antara masyarakat "primitif", mempelajari budaya dan agama, antara lain antara Azande. Tidak hanya lewat kontak, seperti Eliade.
Dia berargumen bahwa agama Azande (sihir dan nubuat) tidak dapat dipahami tanpa konteks sosial dan fungsi sosialnya. Sihir dan nubuat memainkan peran besar dalam memecahkan perselisihan antara Azande. Dalam hal ini dia setuju dengan Durkheim, meskipun ia mengakui bahwa Frazer dan Tylor benar, bahwa agama mereka juga memiliki aspek intelektual jelas. Iman Azande dalam ilmu sihir dan nubuat cukup logis dan konsisten setelah beberapa prinsip-prinsip dasar yang diterima. Hilangnya iman dalam prinsip-prinsip dasar tidak dapat bertahan karena pentingnya sosial dan karenanya mereka memiliki sistem penjelasan rumit (atau alasan) terhadap penyanggahan bukti. Selain istilah sistem alternatif atau sekolah pemikiran tidak ada.
Ia sangat kritis tentang teori sebelumnya tentang agama primitif dengan terutama milik Lucien Levy-Bruhl, menegaskan bahwa mereka membuat pernyataan tentang orang-orang primitif tanpa punya cukup pengetahuan dalam membuat lebih dari menebak. Meskipun memuji karya Bruhl, Evans-Pritchard tidak setuju dengan pernyataan Bruhl bahwa anggota dari suku "primitif" mengatakan "Saya adalah bulan" adalah pra-logis, tapi bahwa pernyataan ini masuk akal dalam budaya mereka jika dipahami secara metaforis.
Terlepas dari Azande, Evans Pritchard-, juga belajar tetangga, tapi sangat berbeda dengan manusia Nuer. Nuer telah memiliki iman yang monoteistik abstrak, agak mirip dengan Kristen dan Yahudi, meskipun itu termasuk mencakup roh-roh yang lebih rendah. Mereka juga memiliki totemisme, tapi ini adalah aspek kecil dari agama mereka dan karenanya koreksi untuk generalisasi Durkheim harus dibuat. Evans Pritchard-tidak mengusulkan teori agama, tetapi hanya teori agama Nuer.

v  Teori evolusi

Teori evolusi melihat agama sebagai salah satu adaptasi atau produk sampingan. Teori adaptasi melihat agama sebagai nilai adaptif bagi kelangsungan hidup manusia Pleistosen. Teori sampingan melihat agama sebagai spandrels.
v  Agama Dan Pembiasan (Refraksi) Dalam Tatanan Sosial
Roh-roh totem dan colwic menggambarkan apa yang di sebut evans-pritchard sebagai pembiasan (refraksi) soaial dari agama, seperi sebuah sinar yang di pendarkan oleh sebuah prisma dan menjadi sebuah warna. Masyarakat nuer berpikir tentang roh atau tuhan seperti analogi tersebut, di biaskan menjadi beberapa tingkat kekuatan ilahiyah yang diwujudkan dengan beraneka cara kepada suku dan kelompok-kelompok sosial. Disini walaupun masyarakat nuer merasa bahwa mereka tetap menyembah tuhan, tapi mereka menjadikan tuhan tersebut sebagai figur atau simbol-simbol yang diasosiasikan dengan satu pertalian darah, roh-roh yang ada di udara kadang-kadang juga di asumsikan dengan posisi ini,ketika masyarakat memiliki seorang nabi yang menjadi pemberi berita gembira kepada salah satu klan atau ketika nabi tersebut turun kepada salah satu pertalian darah. Begitu juga dengan benda-benda keramat dan roh-roh alam,  yang sering kali dimiliki dan diwariskan secara turun temurun dalam suatu keluarga.
Menurut evans-pritchard, apabila kita selami lebih dalam konsep-konsep masyarakat nuer ini, kita akan masuki suatu khazanah ekspresi yang sangat mirip dengan agama di barat. Tuhan atau roh penguasa langit di sembah melalui dewa-dewa dan kurban kurban sederhana, hymne, prosesi dan ramalan-ramalan menjadi sangat umum, seperti yang kita lihat roh-roh yang ada di udara dan roh-roh yang ada bumi.
Hierarki roh-roh ini  juga memperlihatkan dunia lain, yaitu dimensi politis dalam masyarakat, dengan menganggap tuhan sebagai penguasa dan roh-roh yang ada di udara sebagai aristokrat. Dibawahnya adalah roh-roh totem yang menempati posisi “kelas menengah”, yang esensinya adalah roh tapi berada dalam binatang atau tumbuhan. Tingkatan terakhir adalah benda-benda keramat yng posisinya tidak diinginkan dan di anggap asing, walaupun beda-benda ini memiliki kekuatan mistik.
Senada dengan hal tersebut, masyarakat nuer menggambarkan pertentangan abadi antara cahaya dan kegelapan. Tuhan adalah pemimpin roh-roh, roh yang ada di udara adalah putra-Nya dan roh-roh totem adalah putra-putra dari anak perempua-Nya oleh karena itu, wajarlah bila kita kembali teringat Durkheim ketika kita mengikuti pola hubungan antara tingkatan-tingkatan tuhan ini dengan strata masyarakat.dalam beberapa hal, roh-roh dalam masyarakat nuer melambangkan kelompok-kelompok sosial.  Bagi evans-pritchard ini merupakan gambaran yang benar-benar lengkap. Dia menyatakn bahwa suatu penafsiran dalam bentuk struktur sosial akan memperlihatkan kepada kita bagaimana ide-ide tentang roh-roh ini berkaitan langsung dengan kelompok-kelompok yang ada dalam kehidupan sosial. Tapi hal ini tidak akan membuat kita lebih memahami inti-inti terdalam dari ide-ide itu sendiri. Dalam suatu ungkapan yang menyebabkan posisinya sangat berseberangan dengan kaum reduksionis, evans-pritchard mengatakan bahwa “model-model sosiologis tersebut sangat terbatas, karena tidak membantu kita dalam memahami lebih banyak fakta religius yang lebih khas.” Evans-pritchar menambahkan:
Ketika saya menulis tentang struktur sosial masyarakat Nuer, penelaahan terhadap agama adalah hal yang terpenting untuk dilakukan. Akan tetapi dalam satu studi agama, jika emang ingin memahami esensi terdalam dari agama tersebut, maka kita harus mencoba memahaminya dari dalam, melihht agama tersebut sebagaimana masyarakat Nuer melihatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar